PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas sedikit menurun tetapi tetap berada di dekat level tertingginya sepanjang masa.
Berdasarkan data Refinitiv,
pada hari ini, Senin pukul 19.10 WIB, harga emas tercatat
di posisi US$ 2.493,23 per troy ons, jeblok 0,51% dibandingkan penutupan
sebelumnya di US$ 2.507,28 per troy ons.
Harga emas sempat
mencetak rekor penutupan tertinggi pada awal pekan lalu di US$ 2.472,25
per troy ons pada 12 Agustus 2024, dan terus meningkat hingga mencapai
US$ 2.507,28 pada Jumat (16/8/2024). Meskipun terjadi penurunan kecil
hari ini, tren jangka panjang masih mengindikasikan kekuatan dalam
pergerakan harga emas.
Penurunan ini dianggap sebagai koreksi
sementara, dengan ekspektasi bahwa faktor-faktor makroekonomi seperti
pelemahan inflasi dan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat
(AS) The Federal Reserve (The Fed) akan terus mendukung harga emas dalam
jangka menengah hingga panjang.
Harga emas melemah pada Senin, namun tetap bertahan di sekitar level historis $2.500 per ons, setelah para trader melakukan aksi ambil untung menyusul lonjakan emas ke puncak tertinggi sepanjang masa pada sesi sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve AS bulan depan.
Harga emas spot turun 0,2% ke level $2.503,10 per ons pada pukul 07:24 GMT, sementara emas berjangka AS naik tipis 0,2% ke level $2.541,50 per ons.
Antusiasme terhadap kemungkinan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve AS pada September mendorong harga emas ke rekor tertinggi $2.509,65 pada Jumat lalu. Selain itu, meningkatnya ketegangan geopolitik dan tingginya permintaan bank sentral turut mendorong kenaikan harga emas lebih dari 20% sepanjang tahun ini.
Emas telah memburu level psikologis $2.500 selama beberapa bulan, dan kini setelah level tersebut tercapai, kita melihat aksi ambil untung yang wajar," kata Tim Waterer, Kepala Analis Pasar KCM Trade, kepada Reuters.
Pekan lalu, penjualan ritel AS yang kuat dan klaim pengangguran yang lebih rendah dari perkiraan, bersama dengan data inflasi yang moderat, mengembalikan kepercayaan laju ekonomi AS.
Traders yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga bulan depan, dan fokus kini beralih pada seberapa besar pemotongan tersebut. Menurut alat CME FedWatch, kemungkinan pemotongan 25 basis poin diperkirakan mencapai 75,5%.
Trader akan mengamati nada dan bahasa Jerome Powell di Jackson Hole pada hari Jumat untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut terkait hal ini," tambah Waterer.
Pasar juga akan mencermati risalah pertemuan kebijakan The Fed pada Juli yang akan dirilis pada Rabu untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut.
Kyle Rodda, analis pasar keuangan di Capital.com, mengatakan bahwa perlambatan ekonomi AS, pemotongan suku bunga yang akan datang, imbal hasil yang lebih rendah, dolar yang lebih lemah, risiko geopolitik yang terus-menerus, dan permintaan bank sentral yang kuat akan mendorong harga emas naik dalam jangka panjang.
Beberapa bank di China telah diberikan kuota impor emas baru oleh bank sentral, dengan harapan permintaan yang bangkit kembali meskipun harga mencapai rekor tertinggi - PT RIFAN FINANCINDO
Sumber : cnbcindonesia