RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas cenderung turun usai Presiden Amerika Serikat (AS) Joe
Biden mengundurkan diri dari pencalonan diri kembali untuk menjadi
Presiden AS untuk empat tahun mendatang. Pengumuman itu disampaikan
Biden melalui akun resmi media sosialnya.
Merupakan kehormatan
terbesar dalam hidup saya untuk melayani Anda sebagai seorang presiden,"
bunyi keterangan surat yang diunggah Biden dalam akun X miliknya
seperti dilihat, Senin.
Usai Biden mundur, Wakil
Presiden Kamala Harris kini disebut-sebut sebagai kandidat Partai
Demokrat dalam pemilihan presiden AS 2024.
Para investor emas dan
pelaku pasar pun mempertanyakan, sejak mundurnya Presiden Biden dari
pencalonan diri presiden AS periode berikutnya, harga emas justru
cenderung turun.
Harga emas di pasar spot sempat menyentuh level
tertinggi sepanjang masa pada 17 Juli 2024 di level US$ 2.483,6 per troy
ons pada perdagangan intraday. Akan tetapi harga emas tidak mampu
melanjutkan kenaikannya untuk menyentuh level psikologis US$ 2.500 per
troy ons. Bahkan sejak kenaikan tertingginya, harga emas turun sebesar
4% ke level terendah pada 22 Juli 2024 di level US$ 2.383,79 per troy
ons.
Penurunan emas disebabkan optimisme pasar bahwa Donald Trump dari
Partai Republik akan mampu mengalahkan calon kandidat pengganti Biden
yakni Harris.
Berdasarkan polling dari beberapa Lembaga di AS, persaingan untuk memperebutkan kursi presiden AS sangatlah ketat.
Pasar menilai, ekonomi AS akan menjadi lebih baik ketika Trump
terpilih menjadi presiden AS. Jika ekonomi AS pulih dan tumbuh lebih
cepat, tentu ini akan menjadi kabar buruk bagi pergerakan harga emas.
Diketahui Trump memimpin AS pada Januari 2017 hingga Januari 2021 atau selama empat tahun.
Pada
awal ia memerintah, suku bunga The Federal Reserve (The Fed) berada di
angka 0,50-0,75% dan mencapai puncaknya pada Desember 2018 hingga Juni
2019 yakni di level 2,25-2,50%.
Tingginya suku bunga tersebut bersamaan dengan inflasi yang menyentuh angka 2,7% (year on year/yoy)
pada Februari 2017 hingga Juli 2018. Oleh karena itu suku bunga
dinaikkan dengan cukup signifikan dan dalam waktu yang cukup singkat.
Kemudian suku bunga mengalami penurunan mulai dari Agustus 2019 dan
konsisten di level yang cukup rendah yakni 0,00-0,25% pada Maret 2020
akibat pandemi Covid-19. Pemangkasan suku bunga The Fed pada 2019
merupakan pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir.
The Fed untuk
pertama kalinya menurunkan suku bunga pada semester II-2019 karena tren
ekonomi (lemahnya inflasi dan prospeknya), tetapi juga karena perubahan
dalam keseimbangan risiko.
Ekonomi AS di Bawah Kepemimpinan Trump
Secara
umum, ekonomi AS telah berkembang dengan langkah stabil di bawah
pemerintahan Trump dan Biden. Produk Domestik Bruto (PDB), yang
merupakan ukuran dari semua barang dan jasa yang diproduksi di negara
tersebut, telah tumbuh sebesar 6,8% selama pemerintahan Trump, ketika
pandemi memaksa ekonomi mengalami resesi tajam dan tiba-tiba.
Kendati
demikian, ekonomi pulih dengan cepat berkat sebagian besar pada
stimulus triliunan dolar dan sudah mulai tumbuh lagi pada saat Trump
meninggalkan jabatannya.
Inflasi pun cenderung terkendali dan rendah pada era Trump. Posisi
tertinggi tercapai pada Juni/Juli 2018 yang hampir menyentuh level 3%.
Sementara pada era Biden, inflasi cenderung melonjak terkhusus setelah
pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina.
Saat ini memang inflasi
sudah jauh melandai bahkan berada di level 3% yoy, namun angka ini masih
belum berada di target The Fed yakni di level 2%. Inflasi sempat
terbang ke 9,1% (yoy) pada Juni 2022.
Adapun, tidak termasuk pada 2020, Trump juga mencatat periode
pengangguran yang rendah, dengan tingkat pengangguran mencapai titik
terendah sebesar 3,5 persen pada akhir 2019 - RIFAN FINANCINDO
Sumber : cnbcindonesia