PT RIFAN BANDUNG - Setelah menyentuh $2,000 per ons pada permulaan minggu lalu, emas
tumbang, jatuh lebih dari $70 karena naiknya dollar AS bersamaan dengan
yields treasury AS. Namun dilihat dari pola pergerakan harga emas
terbaru, kelihatannya ada signal bullish yang tidak dapat disangkali.
Setelah naik dari $1,946 ke $1,974 pada 2 minggu lalu, pada minggu
lalu harga emas semula meneruskan kenaikannya pada awal perdagangan
minggu yang baru dan sempat hampir menyentuh $2,000 di $1,998 pada hari
Senin. Namun pada hari – hari selanjutnya pada minggu lalu, harga emas
terus mengalami penurunan yang tajam dan akhirnya menyentuh $1,931 pada
hari Jumat malam.
Harga emas naik solid dan menyentuh ketinggian 5 minggu pada awal perdagangan sesi AS hari Senin
karena permintaan safe-haven dan pembelian dari para trader berjangka
yang berdasarkan analisa grafik. Harga emas berjangka bahkan sempat naik
hampir menyentuh $2,000 ke $1,998 per troy ons, sebelum akhirnya
terkoreksi normal ke $1,984.
Keengganan terhadap resiko tetap tinggi di tengah perang Rusia –
Ukraina yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir segera dan juga
di tengah kenaikan kasus Covid yang baru di Cina yang mengakibatkan
diberlakukannya lockdown di kota-kota utama di Cina.
Harga emas mulai berbalik turun pada awal perdagangan sesi AS hari Selasa.
Setelah naik ke ketinggian selama 5 minggu pada hari Senin, harga emas
mengalami tekanan jual secara tehnikal yang merupakan koreksi harga
secara normal setelah mengalami kenaikan tajam baru-baru ini. Emas
berjangka kontrak bulan Juni turun $26.40 ke $1,952.30 per troy ons.
Harga emas turun pada awal perdagangan sesi AS hari Rabu,
karena koreksi turun normal setelah mengalami keuntungan yang besar
baru-baru ini. Rally indeks saham AS selama dua hari yang lalu juga
menjadi elemen bearish bagi emas yang safe-haven. Namun melemahnya
dollar AS membatasi penurunan harga emas dan membuat emas diperdagangkan
di teritori positip. Emas berjangka kontrak bulan Juni turun $1.30 ke
$1,951.40 per troy ons
Harga emas turun pada awal perdagangan sesi AS hari Kamis,
sebagian tertekan oleh rally di kebanyakan pasar saham global dalam
perdagangan semalam dan sebagian karena aksi ambil untung dari para
trader berjangka jangka pendek. Membaiknya postur grafik dari indeks
saham AS pada minggu ini telah menarik sebagian uang keluar dari assets
safe-haven emas. Emas berjangka kontrak bulan Juni turun $11.90 ke
$1,940.80 per troy ons.
Pada hari Kamis malam, para trader mendapatkan retorika kebijakan
moneter AS yang hawkish kembali dari kepala the Fed Jerome Powell yang
menunjukkan bahwa the Fed sedang dalam jalur pengetatan yang agresif
dalam rangka mengerem inflasi harga yang telah menjadi problematik.
Yields treasury AS segera naik dan saham-saham langsung jatuh setelah
Powell di dalam pidatonya pada pertemuan IMF/World Bank pada hari Kamis
sore mengulangi kecenderungan akan kenaikan tingkat bunga yang kuat
pada bulan-bulan yang akan datang. Para trader dan investor sekarang
memperkirakan kenaikan tingkat bunga sebesar 50 basis poin pada
pertemuan FOMC di bulan Mei dan Juni dan bahkan mungkin Juli. Sementara
itu pasar memperhitungkan kenaikan tingkat bunga sebesar 25 basis poin
dalam pengumuman tingkat bunga ECB pada bulan Juli dan September.
Harga emas tetap tertekan pada awal perdagangan sesi AS hari Jumat,
tertekan oleh naiknya yields obligasi AS yang mendorong naik dollar AS
dan selain itu tertekan karena turunnya harga minyak mentah. Pernyataan
beberapa pejabat the Fed pada hari Kamis malam yang mengingatkan pasar
akan hawkish-nya bank sentral AS ini juga menambah tekanan turun
terhadap harga emas. Emas berjangka kontrak bulan Juni naik turun $9.40
ke $1,931.50 per troy ons.
Pada penutupan perdagangan hari Jumat minggu lalu, emas berjangka
Comex kontrak bulan Juni diperdagangkan di $1,931.50, turun sekitar $70
dari ketinggian pada awal hari Senin minggu lalu.
Pola pergerakan harga emas seperti ini sudah cukup dominan beberapa bulan yang lalu.
Setiap kali emas menyentuh level resistance di atas, emas
cenderung mengalami aksi jual yang berat. Dinamika yang serupa terjadi
juga pada saat harga emas turun tajam ke level support-nya.
Dengan minggu lalu harga emas telah turun signifikan, maka kemungkinan
harga emas akan bangkit kembali, mengikuti pola pergerakan harga selama
beberapa bulan sebelumnya.
Namun ada satu tanda yang sangat memberikan keyakinan pada saat ini
yaitu emas bisa bertahan di atas $1,900 per ons bahkan pada saat yang
sama dimana dollar AS dan yields obligasi AS mengalami kenaikan yang
kuat secara persisten. Setiap kali yields obligasi naik, emas seharusnya
menjadi kurang menarik. Fakta bahwa emas tetap menarik sekalipun yields
obligasi pada minggu lalu mengalami kenaikan, merupakan pertanda yang
bagus untuk naiknya harga emas selanjutnya.
Aksi jual yang terjadi atas saham belakangan ini juga diperkirakan
akan bisa mendorong naik harga emas dengan semakin banyaknya investor
yang mendiversifikasikan assets-nya. Investor mulai melihat bagaimana
dampak kenaikan tingkat bunga yang agresif dari the Fed terhadap
ekonomi.
Kepala Federal Reserve AS Jerome Powell memberikan pesan akan
kenaikan tingkat bunga sebesar 0.5 poin sebanyak dua kali atau lebih
pada bulan – bulan yang akan datang. Hal ini menambah tekanan turun
terhadap harga emas pada akhir minggu lalu.
Namun sekali lagi, berita yang memberikan semangatnya adalah bahwa
retorika dari the Fed yang hawkish ini bisa memberikan bank sentral AS
untuk menjadi kurang agresif pada saat tiba pada pelaksanaannya nanti,
ketika benar-benar akan menaikkan tingkat bunga dan mengurangi neraca.
Angka inflasi inti yang terbaru muncul sedikit di bawah daripada yang
diperkirakan. Hal ini bisa membuat the Fed tidak bergerak se-agresif
seperti yang diantisipasikan oleh orang-orang. Pasar sudah
memperhitungkan dalam harga kenaikan tingkat bunga sebesar 50 bps pada
bulan Mei. Ini sudah pasti. Dan mungkin juga kenaikan tingkat bunga
sebesar 50 bps berikutnya setelah itu. Dan kemudian the Fed akan
berhenti sejenak untuk melihat apakah inflasi mulai turun.
Dan bahkan sekalipun the Fed melakukan enam kali kenaikan bunga lagi,
berdasarkan “the dot plot”, besarnya kenaikan tingkat bunga tersebut
akan masih tetap kecil dibandingkan dengan ketinggian angka inflasi itu
sendiri. Itulah sebabnya pasar mulai meragukan seberapa serius the Fed
untuk menjadi benar – benar restriktif.
Dari data makro ekonomi yang harus diperhatikan minggu ini, salah
satu rilis data kunci adalah data GDP AS kuartal pertama yang akan
dipublikasikan pada hari Kamis. Konsensus pasar memperkirakan GDP AS
kuartal pertama 2022 ini akan muncul di angka 1% setelah membukukan
pertumbuhan GDP kuartal ke empat 2021 di 6.9%.
Meskipun demikian, melambatnya pertumbuhan ekonomi yang diukur oleh
GDP AS kuartal pertama 2022 ini kemungkinan tidak akan mengurangi niat
dari the Fed untuk menaikkan tingkat bunganya sebanyak 50 basis poin
pada bulan Mei.
Pasar juga akan tertarik untuk mengamati data GDP kuartal pertama
lebih detil untuk melihat apakah yang akan terjadi dengan PCE inti yang
menjadi alat ukur inflasi yang dipilih oleh the Fed. Inflasi di AS sudah
terlalu tinggi, itulah sebabnya mengapa the Fed akan menjadi lebih
ketat dalam kebijakan moneternya, tidak perduli apapun lagi. Cara
satu-satunya memerangi inflasi yang sudah bukan lagi transitory adalah
dengan mengurangi aktifitas ekonomi dalam arti agregat demand .
Selain itu data makro ekonomi yang akan keluar minggu ini adalah U.S.
durable goods orders, CB consumer confidence, new home sales pada hari
Selasa. Pending home sales pada hari Rabu. Jobless claims mingguan pada
hari Kamis, dan PCE price pada hari Jumat.
Support” terdekat menunggu di $1,923 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,915 dan kemudian $1,900.
Resistance” terdekat menunggu di $1,950 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,964 dan kemudian $1,980 - PT RIFAN
Sumber : vibiznews.com