Monday, June 15, 2020

PT Rifan - Pembukaan Mal Angkat Rupiah Ke Rp14.115/Dolar AS

Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (2/4/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada penutupan perdagangan Kamis (2/4) sebesar 45 poin atau 0,27 persen ke level Rp16.495 per dolar AS. ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.

PT RIFAN BANDUNG - Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.115 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Senin sore. Posisi ini menguat 18 poin atau 0,13 persen dari Rp14.133 pada Jumat, Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.228 per dolar AS atau menguat dari Rp14.257 per dolar AS pada Jumat.

Di kawasan Asia, rupiah memimpin penguatan mata uang dari dolar AS. Namun, rupiah hanya menguat bersama yen Jepang 0,07 persen.

Lalu dolar Hong Kong stagnan. Sedangkan won Korea Selatan melemah 1,01 persen, peso Filipina minus 0,35 persen, ringgit Malaysia minus 0,26 persen, rupee India minus 0,24 persen, baht Thailand minis 0,16 persen, yuan China minus 0,14 persen, dan dolar Singapura minus 0,11 persen.

Mata uang utama negara maju bergerak variasi. Dolar Australia melemah 0,66 persen, rubel Rusia minus 0,5 persen, dan dolar Kanada minus 0,4 persen.

Namun, franc Swiss menguat 0,16 persen, euro Eropa 0,07 persen, dan poundsterling Inggris 0,01 persen, analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah didukung oleh pembukaan aktivitas ekonomi di pusat perbelanjaan dan perkantoran di kawasan DKI Jakarta. Hal ini dalam rangka masa transisi dari PSBB ke tatanan hidup baru (new normal).
 
Ini menambah kepercayaan tersendiri bagi pelaku pasar, sehingga ada harapan roda ekonomi akan kembali berputar dan ekonomi stabil, sehingga arus modal asing akan kembali masuk ke pasar dalam negeri, kata Ibrahim. 

Selain itu, mata uang Garuda juga terkena sentimen surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$2,09 miliar pada Mei 2020, meski ekspor dan impor anjlok. Setidaknya, hal ini memberi indikasi perbaikan bagi neraca perdagangan.

Dari global, pergerakan mata uang di dunia hari ini dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar terhadap gelombang kedua pandemi virus corona atau covid-19. Khususnya di China, Eropa, maupun AS.

Hal ini tak lepas dari laporan pertambahan kasus corona baru di negara-negara tersebut yang mencetak rekor baru. Kasus meningkat saat pemerintah mendorong pembukaan akivitas ekonomi masyarakat, kekhawatiran tumbuh karena wabah dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar pada ekonomi global 

Sentimen lain datang dari kebijakan pemerintah Inggris untuk tidak memperpanjang batas waktu pembicaraan persoalan dagang dengan negara-negara di Uni Eropa. Beberapa investor khawatir ekonomi Inggris akan mengalami kontraksi sehingga akan terjadi kekacauan ekonomi jika tidak menyetujui persyaratan baru dengan Uni Eropa.

Di sisi lain, bank sentral Inggris, Bank of England akan mengadakan rapat bulanan. Pasar berekspetaktasi BoE akan meningkatakn stimulus quantitative easing sekitar 100 miliar poundsterling Inggris - PT RIFAN

Sumber : cnnindonesia.com

No comments:

Post a Comment