Tuesday, May 28, 2024

PT Rifan Financindo - Harga Emas Pekan Ini Bergantung Ke China

PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas mengawali perdagangan pekan ini dengan kembali menguat, cenderung melanjutkan pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Pada perdagangan Senin per pukul 06.34 WIB, harga emas di pasar spot menguat 0,19% di posisi US$ 2.338,16 per troy ons.

Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, harga emas dunia juga ditutup menguat 0,23% di posisi US$ 2.328,37 per troy ons. Sepanjang pekan lalu, harga emas global ambles 3,36% secara point-to-point (ptp).

Lanjut menguatnya harga emas global pada pagi hari ini terjadi karena pasar masih menimbang sikap bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang masih cenderung hawkish, meski diantara para pejabat The Fed juga masih ada perbedaan pendapat.

Sebelumnya, Risalah pertemuan kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 30 April -1 Mei 2024 yang dirilis pada Rabu malam atau Kamis dini hari waktu Indonesia menunjukkan kekhawatiran dari para pengambil kebijakan tentang kapan saatnya untuk melakukan pelonggaran kebijakan.

Pertemuan tersebut menyusul serangkaian data yang menunjukkan inflasi masih lebih tinggi dari perkiraan para pejabat the Fed sejak awal tahun ini. Sejauh ini, The Fed masih menargetkan inflasi melandai 2%.

"Para pejabat mengamati bahwa meskipun inflasi telah menurun selama setahun terakhir, namun dalam beberapa bulan terakhir masih kurang ada kemajuan menuju target 2%," demikian isi risalah the Fed.

Risalah juga menjelaskan bahwa "Sebagian pejabat menyatakan kesediaan-nya untuk memperketat kebijakan lebih lanjut guna mengatasi risiko inflasi yang masih panas".

Beberapa pejabat The Fed, termasuk Ketua The Fed Jerome Powell dan Gubernur The Fed Christopher Waller, sejak pertemuan tersebut mengatakan bahwa mereka masih meragukan langkah selanjutnya yang akan diambil adalah kenaikan suku bunga.

FOMC dengan suara bulat memutuskan pada pertemuan tersebut untuk mempertahankan suku bunga acuan pinjaman jangka pendek di kisaran 5,25%-5,5% yang merupakan level tertinggi dalam 23 tahun terakhir.

"Para peserta menilai bahwa mempertahankan kisaran target suku bunga dana federal pada pertemuan ini didukung oleh data antar-pertemuan yang menunjukkan berlanjutnya pertumbuhan ekonomi yang solid," ungkap risalah tersebut.

Akibat itu, kini peluang penurunan suku bunga kian menyusut, melansir perhitungan CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan 59% penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bp) pada September. Peluang ini turun dari sebelumnya yang mencapai 65,7%.

"Ketika pasar mulai lesu, tidak diragukan lagi, Anda akan menemukan mereka yang melewatkan reli akan mengambil apa yang mereka anggap sebagai peluang untuk berpartisipasi," kata analis independen Ross Norman, dikutip dari Kitco.com.

Di lain sisi, permintaan emas yang cenderung tinggi dari bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) membuat harga emas dunia kembali bangkit.

Dikutip dari Kitco.com, China tetap menjadi kendali kuat atas pergerakan harga di pasar emas global, dan data terbaru menunjukkan bahwa hal ini kemungkinan akan terus berlanjut.

Menurut analisis terbaru oleh Jan Nieuwenhuijs dari Gainesville Coins, disebutkan bahwa sejak tahun 2022 bank sentral kebanyakan membeli emas secara terselubung (sering disebut sebagai pembelian "tidak dilaporkan".

"Saat ini, sudah diketahui secara luas bahwa Dewan Emas Dunia (WGC) menerbitkan statistik tunggal mengenai pembelian agregat oleh bank sentral setiap kuartal, yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan gabungan laporan otoritas moneter," ujar Nieuwenhuijs.

"Dengan mempertimbangkan pembelian yang tidak dilaporkan, bank sentral China kini memiliki cadangan emas seberat 5.542 ton, menurut penelitian saya," tambah Nieuwenhuijs - PT RIFAN FINANCINDO

Sumber :  cnbcindonesia

 

 

No comments:

Post a Comment