Tuesday, April 28, 2020

PT Rifan Financindo - Permintaan Emas Di Asia Anjlok Tapi Tidak Berdampak Pada Kenaikan Harga


PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Anjloknya impor emas ke Cina dan India terus mengejutkan tapi permintaan lemah ini kemungkinan tidak akan mempengaruhi kenaikan harga keseluruhan, Capital Economics menyatakan.

Impor emas ke Cina dan India terus berkontraksi sebesar dua digit pada bulan Maret. Tetapi penurunan permintaan fisik berdampak kecil pada harga emas, karena telah dibebani oleh permintaan investasi yang kuat akibat ketidakpastian terkait covid-19. Kami menduga bahwa hal ini akan tetap terjadi sampai pencabutan langkah-langkah pengendalian virus memungkinkan ekonomi global berubah pada akhir tahun ini,” ungkap asisten ekonom komoditas Capital Kieran Clancy.

Pada pukul 09.52 WIB, Emas Berjangka turun 0,39% di $1.717,05 dan emas spot XAU/USD juga melemah 0,63% ke $1.703,07, sementara hingga pukul 08.35 WIB Selasa pagi, harga emas Antam (JK:ANTM) per gram turun Rp 4.000 dari Senin kemarin menurut laman Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia. Pada Senin, emas Antam mencapai harga Rp 939.000 dan kini harga terakhir turun ke Rp 935.000. 

Permintaan emas telah jatuh di Cina dan India akibat tindakan karantina wilayah mencegah orang untuk keluar dan juga harga emas lokal yang tinggi menghambat orang membeli logam kuning, pada bulan Maret, impor emas Cina anjlok lebih dari 80% periode tahunan di Maret dan ini menyebabkan penurunan lebih dari 60% pada kuartal pertama, menurut Otoritas Pabean Cina (GACC).

Dengan perhitungan kami, Cina mengimpor hanya 17,5 ton emas pada bulan Maret, ini merupakan jumlah terendah sejak catatan GACC dimulai pada Januari 2018. Terlebih lagi, rinciannya menunjukkan bahwa penurunan itu terjadi luas di seluruh mitra dagang Cina," tulis Clancy.
Impor emas India kini diprediksi "menguji posisi terendah bersejarah.

Tahunan, impor emas turun lebih dari dua pertiganya dari bulan lalu. Itu berarti hanya di bawah 22 ton emas, pembacaan bulanan terendah sejak 2013, pungkasnya, di kala Cina diperkirakan bisa pulih secepatnya bulan ini, India malah tengah mengalami penurunan permintaan yang berkepanjangan, yang menurut Clancy dipicu kebijakan karantina wilayah di India - PT RIFAN FINANCINDO

Sumber : investing.com

Friday, April 24, 2020

Rifan Financindo Berjangka - Hari Pertama Puasa, Harga Emas Antam Tembus Rp 885.000/gram


RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Masyarakat Muslim Tanah Air resmi memulai puasa 1 Ramadan 1441 Hijriah mulai Jumat ini. Di tengah bulan mulia ini, lazimnya salah instrumen investasi yang diandalkan ialah emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Bagaimana dengan harga emas Antam saat ini?

Pada perdagangan Kamis kemarin harga emas Antam naik 0,68% atau sebesar Rp 6.000 menjadi Rp 885.000/gram dari perdagangan Rabu di level Rp 879.000/gram, sebelumnya pada perdagangan Rabu, harga emas Antam juga naik 0,46% sebesar Rp 4.000 dari posisi harga Selasa yakni Rp 875.000/gram.

Adapun pada Selasa, harga emas Antam juga menguat 0,81% sebesar Rp 7.000 menjadi Rp 875.000/gram, dari harga Senin Rp 868.000/gram. Artinya sejak Selasa hingga Kamis, alias 3 hari, harga emas Antam sudah melesat Rp 17.000 hingga Kamis kemarin dan ini menjadi sentimen positif untuk harga Jumat ini.

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam, Kamis, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram menguat 0,68% berada di Rp 88,5 juta dari harga kemarin Rp 87,9 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda, adapun khusus harga 1 gram emas Antam, Kamis kemarin, kembali naik Rp 6.000 menjadi Rp 934.000/gram setelah naik Rp 4.000 ke Rp 928.000/gram pada hari Rabu kemarin.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam juga naik 0,73% atau Rp 6.000 ditetapkan pada Rp 833.000/gram, dari posisi kemarin Rp 827.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut -
RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Sumber : cnbcindonesia.com 

Thursday, April 23, 2020

Rifan Financindo - Kebangkitan Harga Minyak & Stimulus Fiskal US$500 Miliar Sulap Emas Global dan Emas Antam


RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Sentimen positif perlahan berdatangan, mulai dari pulihnya harga minyak mentah yang tak lagi minus hingga stimulus fiskal AS kedua senilai US$500 miliar. Berbagai sentimen tersebut tak ayal membuat pelaku pasar lebih berani untuk masuk ke dalam aset-aset berisiko.

Sejalan dengan itu, kepala pedagang di Global Investors AS, Michael Matousek, mengatakan bahwa saat ini menjadi masa-masa yang menguntungkan bagi emas. Bergerak dalam tren bullish, emas global di pasar spot pada hari ini melompat hingga ke level tertinggi di angka US$1.722,60 per ounce. Ditopang Kebangkitan Harga Minyak hingga Stimulus Fiskal US$500 Miliar, Emas Global dan Emas Antam Cetar Membahana!

Ini adalah badai sempurna untuk emas ... Investor komoditas abadi membeli emas karena semua stimulus global terjadi. Emas berada pada tren bullish," jelasnya

Kompak dengan emas global, harga emas PT Aneka Tambang (JK:ANTM) Tbk (Antam) terus mempertebal penguatan. Dilansir dari laman resmi logammulia.com, harga emas Antam dibanderol dengan harga Rp934.000 per gram, naik Rp6.000 dari harga kemarin yang sebesar Rp928.000 per gram - RIFAN FINANCINDO

Sumber : investing.com

Wednesday, April 22, 2020

PT Rifan Financindo Berjangka - Saham Wall Street Rontok Tersapu Harga Minyak Dunia


PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Bursa saham Amerika Serikat (AS) terpuruk pada perdagangan Selasa waktu setempat. Terpantau, indeks saham utama Wall Street turun tajam dipicu aksi jual di pasar minyak sehari sebelumnya. Aksi jual itu turut mengguncang investor di pasar ekuitas.

Mengutip Antara, Rabu, Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 631,56 poin atau 2,67 persen menjadi 23.018,88. Lalu, S&P 500 turun 86,6 poin atau 3,07 persen ke level 2.736,56. Sedangkan, Nasdaq melemah 297,5 poin atau 3,48 persen jadi 8.223,23.

Sebanyak 11 sektor utama S&P 500 kompak merosot, di mana sektor teknologi memimpin pelemahan sebesar 4,1 persen, sebelumnya, US$37,63 per barel, pertama kalinya dalam sejarah, pada Senin. Saat ini, minyak WTI untuk pengiriman Mei balik arah (rebound) ke US$10,01 ped barel.

Usai jatuh, harga minyak berjangka terus melanjutkan pelemahan pada perdagangan selanjutnya. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni anjlok 24 persen ke posisi US$19,33 per barel yang merupakan posisi terendah sejak Februari 2002, sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni jatuh US$8,86 atau 43 persen ke US$11,57 per barel

Jatuhnya harga minyak mentah global disebabkan banjir pasokan karena melemahnya permintaan pasar akibat pandemi virus corona. Kondisi tersebut membuat kepanikan di pasar karena permintaan merosot tajam hingga 30 persen secara global.

Ironisnya, persediaan minyak meningkat selama berminggu-minggu setelah Arab Saudi dan Rusia gagal mencapai kesepakatan pengurangan produksi pada awal Maret, organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya, termasuk Rusia, akhirnya mengumumkan pengurangan produksi pada awal April.

Pemangkasan produksi hampir 10 persen dari pasokan global. Sayangnya, kondisi ekonomi yang hampir macet karena kebijakan lockdown tidak cukup untuk mengimbangi penurunan permintaan.

Baik Arab Saudi maupun Rusia mengatakan mereka siap untuk mengambil langkah-langkah tambahan guna menstabilkan pasar minyak bersama dengan produsen lain. Namun, hingga saat ini keduanya belum mengambil tindakan.
 
Matematikanya cukup sederhana. Produksi minyak saat ini sekitar 90 juta barel per hari, tetapi permintaan hanya 75 juta barel per hari," kata Kepala Investasi dan Kepala Manajemen Kekayaan Global di IDB Bank, Gregory Leo - PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Sumber : cnnindonesia.com

Tuesday, April 21, 2020

PT Rifan Financindo - IMF : Butuh ‘Tindakan Luar Biasa' Tangani Pandemi Covid-19



PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Dana Moneter Internasional (IMF/The International Monetary Fund) mungkin perlu melangkah keluar dari zona nyamannya dan mempertimbangkan tindakan luar biasa" untuk menolong negara-negara yang menghadapi pandemi covid-19 dan juga membantu mengurangi dampak ekonomi dari virus ini, kata Direktur Pelaksana Kristalina Georgieva, Senin.

Georgieva, dalam terbitan blog di situs web IMF dilaporkan Reuters Selasa, mengatakan lembaga tersebut telah mengambil langkah luar biasa untuk menggelontorkan sumber daya, utamanya bagi pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang yang telah mengalami lonjakan arus dana keluar senilai $100 miliar dalam beberapa bulan terakhir. Angka ini merupakan nilai rekor tertinggi dalam catatan.

Tetapi mungkin dibutuhkan banyak sumber daya lagi jika tekanan pasar terus meningkat, dan meminjamkan dana tersebut - bahkan dengan persyaratan yang mudah - tidak selalu merupakan solusi terbaik, mengingat beban utang yang sudah tinggi yang dihadapi oleh banyak negara, tandasnya.

IMF, seperti negara-negara anggota kita, mungkin perlu menjelajah lebih jauh di luar zona nyaman kita untuk mempertimbangkan apakah langkah-langkah luar biasa ini mungkin diperlukan dalam krisis luar biasa ini," ujarnya. Ia pun menyarankan adanya peningkatan kerjasama dengan lembaga-lembaga internasional lainnya serta sektor swasta.

Georgieva juga mengulangi kembali seruannya untuk kemungkinan alokasi Hak Penarikan Khusus (SDR) dari unit pertukaran resmi IMF dan akan mirip dengan bank sentral yang "mencetak" uang baru. Amerika Serikat menentang langkah itu.

Sementara makalah bersama IMF-Bank Dunia yang diterbitkan pada Jumat silam mengatakan sekelompok negara yang lebih luas - di luar 77 negara termiskin yang telah dijanjikan penangguhan pembayaran utang pada pinjaman bilateral resmi - mungkin memerlukan pembebasan utang.

IMF terakhir memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi sebesar 3% pada tahun 2020 karena pandemi. Tingkat ini menandai penurunan paling tajam sejak terjadi Great Depression tahun 1930-an.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pekan lalu menolak alokasi SDR tersebut, dengan alasan bahwa 70% dari dana yang diciptakan melalui alokasi itu akan masuk ke negara-negara G20 dan mayoritas juga tidak membutuhkannya. Sementara hanya 3% akan masuk ke anggaran negara-negara berpenghasilan rendah - PT RIFAN FINANCINDO

Sumber : investing.com

Monday, April 20, 2020

PT Rifan - Bursa Asia Dibuka Melemah, Pasar Tunggu Suku Bunga Tiongkok


PT RIFAN BANDUNG - Bursa Asia dibuka melemah pada awal perdagangan hari ini, Senin. Pelaku pasar menanti keputusan suku bunga acuan Tiongkok yang akan diumumkan pagi ini.

Indeks Nikkei 225 Jepang melemah 1 persen pagi ini, ASX 200 Australia turun 0,59 persen, Kospi Korea Selatan turun 0,02 persen, Bank Sentral Tiongkok dijadwalkan mengumumkan suku bunga acuan pagi ini. Menurut survei analis Reuters, suku bunga diperkirakan bakal dipangkas.

Perkembangan virus corona juga menjadi perhatian pelaku pasar. Menurut data Johns Hopkins University, sebanyak 2,3 juta orang di seluruh dunia dinyatakan positif corona dan 164.000 meninggal dunia.

Pekan lalu bursa terangkat sentimen potensi penemuan obat Covid-19. Menurut laporan STAT News, pasien yang diobati dengan remdesivir, buatan Gilead Sciences, menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang cepat.

Harga minyak mentah jenis WTI turun 1,53 persen ke US$ 25,14 per barel, sementara jenis Brent naik 1,04 persen ke US$ 28,11 per barel - PT RIFAN

Sumber : cnbc.com

Friday, April 17, 2020

Rifan Financindo Berjangka - Wall Street Menguat Di Tengah Pelemahan Ekonomi AS


RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street berakhir lebih tinggi meskipun data ekonomi menunjukkan kesuraman, saat Presiden Donald Trump berjanji untuk terus dengan keinginannya membuka kembali perekonomian negaranya.

Melansir laman AFP, Dow Jones Industrial Average bertambah 0,1 persen menjadi 23.537,68. Sementara indeks S&P 500 naik 0,6 persen menjadi 2.799,55. Sedangkan Nasdaq Composite Index melonjak 1,7 persen menjadi 8.532,36.

Pada pekan lalu, sebanyak 5,2 juta pekerja AS mengajukan tunjangan pengangguran. Sehingga total dalam 4 minggu menjadi 22 juta orang mengajukan, usai beberapa wilayah AS mengambil langkah lockdown untuk mencegah penyebaran Virus Corona.

Sementara data perumahan AS mulai turun 22,3 persen pada Maret, sementara izin untuk konstruksi  turun 6,8 persen, menurut data Biro Sensus, menurut analis, laporan terbaru ini melukiskan gambaran gelap prospek ekonomi AS yang tidak terduga.

Pasar sedang melihat ke depan, dan memahami ini adalah apa yang harus kita tangani, dan berharap untuk setidaknya upaya untuk membuka perekonomian," kata Quincy Krosby, Kepala Strategi Pasar untuk Prudential Financial.

Melalui akun twitternya, Trump diharapkan bisa menguraikan berbagai langkah untuk membawa ekonomi AS kembali bergerak. "Kami mendapatkan panggilan yang sangat produktif, di mana para pemimpin setiap sektor ekonomi berupaya penuh membuat Amerika kembali bekerja, dan seterusnya.

Tetapi para pemimpin bisnis mengatakan pengujian obat virus corona sangat penting sebelum mendorong ekonomi dapat bergerak secara signifikan menuju normal, S&P dilaporkan mengurangi prospek ekonomi AS dengan memproyeksikan terjadi kontraksi sebesar 5,3 persen pada 2020, lebih buruk dari penurunan sebelumnya sebesar 1,3 persen.

Pemulihan akan bertahap karena kekhawatiran akan berlarut-larut dan jarak sosial terus berlanjut, tetapi kami memperkirakan perekonomian akan setidaknya sebagian dibuka kembali pada kuartal ketiga," kata Beth Ann Bovino, Kepala Ekonom AS untuk S&P Global Economics.

Saham Netflix tercatat melonjak 2,9 persen menyusul catatan dari Goldman Sachs, yang mengangkat target harganya dan memperkirakan perusahaan streaming ini akan memiliki rekor penambahan pelanggan dari konsumen yang terpaksa tinggal di rumah.

Namun kondisi berbeda bari perusahaan-perusahaan yang terkait dengan minyak bumi yang justru terpuruk. Saham Apache dan Halliburton jatuh lebih dari empat persen, sementara maskapai penerbangan juga turun tajam, bersama dengan Boeing, yang kehilangan 8,1 persen - RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Sumber : liputan6.com