PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Dana Moneter Internasional (IMF/The International Monetary
Fund) mungkin perlu melangkah keluar dari zona nyamannya dan
mempertimbangkan tindakan luar biasa" untuk menolong negara-negara yang
menghadapi pandemi covid-19 dan juga membantu mengurangi dampak ekonomi
dari virus ini, kata Direktur Pelaksana Kristalina Georgieva, Senin.
Georgieva, dalam terbitan blog di situs web IMF dilaporkan
Reuters Selasa, mengatakan lembaga tersebut telah mengambil
langkah luar biasa untuk menggelontorkan sumber daya, utamanya bagi
pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang yang telah mengalami
lonjakan arus dana keluar senilai $100 miliar dalam beberapa bulan
terakhir. Angka ini merupakan nilai rekor tertinggi dalam catatan.
Tetapi mungkin dibutuhkan banyak sumber daya lagi jika
tekanan pasar terus meningkat, dan meminjamkan dana tersebut - bahkan
dengan persyaratan yang mudah - tidak selalu merupakan solusi terbaik,
mengingat beban utang yang sudah tinggi yang dihadapi oleh banyak
negara, tandasnya.
IMF, seperti negara-negara anggota kita, mungkin perlu
menjelajah lebih jauh di luar zona nyaman kita untuk mempertimbangkan
apakah langkah-langkah luar biasa ini mungkin diperlukan dalam krisis
luar biasa ini," ujarnya. Ia pun menyarankan adanya peningkatan
kerjasama dengan lembaga-lembaga internasional lainnya serta sektor
swasta.
Georgieva juga mengulangi kembali seruannya untuk
kemungkinan alokasi Hak Penarikan Khusus (SDR) dari unit pertukaran
resmi IMF dan akan mirip dengan bank sentral yang "mencetak" uang baru.
Amerika Serikat menentang langkah itu.
Sementara makalah bersama IMF-Bank Dunia yang diterbitkan
pada Jumat silam mengatakan sekelompok negara yang lebih luas - di luar
77 negara termiskin yang telah dijanjikan penangguhan pembayaran utang
pada pinjaman bilateral resmi - mungkin memerlukan pembebasan utang.
IMF terakhir memperkirakan ekonomi global akan mengalami
kontraksi sebesar 3% pada tahun 2020 karena pandemi. Tingkat ini
menandai penurunan paling tajam sejak terjadi Great Depression tahun
1930-an.
Menteri Keuangan
AS Steven Mnuchin pekan lalu menolak alokasi SDR tersebut, dengan
alasan bahwa 70% dari dana yang diciptakan melalui alokasi itu akan
masuk ke negara-negara G20 dan mayoritas juga tidak membutuhkannya.
Sementara hanya 3% akan masuk ke anggaran negara-negara berpenghasilan
rendah - PT RIFAN FINANCINDO
Sumber : investing.com
No comments:
Post a Comment