RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas masih bergerak bak roller coaster. Harga sang logam
mulia naik tipis pada hari ini setelah ambruk kemarin. Namun, harga emas
diprediksi akan menguat tajam ke depan sejalan dengan meruncingnya
persaingan antara kubu China-Rusia-Iran versus Amerika Serikat (AS) dan
aliansinya.
Melansir data Refinitiv, pada
perdagangan kemarin, Selasa harga emas berakhir melemah 0,6%
ke angka US$2.319 per troy ons. Pelemahan emas ini berbanding terbalik
dengan penguatan sebesar 0,54% pada hari Senin sebelumnya.
Harga
emas bergerak liar naik turun secara drastis sejak Kamis pekan lalu.
Pada Kamis pekan lalu harga emas terbang 1,38% kemudian jeblok 1,7% pada
Jumat. Pada Senin pekan ini emas menguat tajam 0,54% tetapi jatuh lagi
sebesar 0,6% pada perdagangan kemarin.
Sementara hari
ini, Rabu pukul 06:32 WIB, harga emas sedikit mengalami
apresiasi tipis sebesar 0,02% ke angka US$2.319,4 per troy ons.
peningkatan 'Perang Dingin 2.0' antara China, Rusia, Iran, dan
Korea Utara terhadap Amerika Serikat dan sekutunya adalah salah satu
alasan utama mengapa emas kemungkinan akan melampaui kinerja logam
lainnya pada paruh kedua tahun 2024. Banyak indikator lain yang juga
mendukung pandangan ini, menurut Mike McGlone, Senior Commodity
Strategist di Bloomberg Intelligence.
Persahabatan
tak terbatas' antara pemimpin Rusia dan China mungkin telah mengubah
tatanan global, dengan emas berada di tengah-tengahnya. Kami melihat
logam mulia terus menguat di semester II." tutur McGlone.
Seperti
diketahui, dalam dua tahun terakhir, hubungan Rusia-AS memburuk karena
perang Rusia-Ukraina. AS dan sekutunya di Eropa memberlakukan sejumlah
larangan ekspor dan impor dari dan ke Rusia. Akibatnya produk-produk
Rusia, termasuk logam, sulit mendapatkan pasarnya. China hadir sebagai
pembeli terbesar komoditas Rusia.
Hubungan AS dan Iran juga
memburuk dalam setahun terakhir. Dengan meruncingnya beberapa kekuatan
dunia maka perang dingin 2.0 antara kubu As dan sekutunya versus
China-Rusia-Iran bisa terjadi. Ketegangan politik ini memicu
ketidakpastian dan emas akan diuntungkan. Kebijakan bank sentral China
yang membeli emas dalam jumlah besar di tengah krisis properti dan
perlambatan ekonomi negaranya juga menguntungkan emas.
Harga
emas bahkan bisa mendekati US$ 3.000 pada semester II-2024 jika
ketegangan geopolitik berlanjut dan bank sentral AS The Federal Resreve
(The Fed) memangkas suku bunga.
McGlone juga menunjukkan korelasi lain yang sangat positif
untuk harga emas, meskipun mereka memprediksi kinerja negatif untuk
ekonomi secara lebih luas.
Secara keseluruhan,
Bloomberg Intelligence memperkirakan paruh kedua tahun ini kondisi emas
lebih stabil karena ketidakpastian semakin menurun. Dengan kondisi ini
maka harga emas diharapkan akan terus naik.
"Logam
mulia berada di puncak skor kinerja tahunan kami dan industri di bagian
bawah adalah tren yang mungkin akan mempercepat di semester II," kata
McGlone.
"Dolar AS tetap kuat tetapi harga perak,
emas, dan tembaga naik. Ini bisa menjadi tanda kekuatan yang berbeda
untuk logam-logam tersebut meskipun kami melihat risiko penormalan yang
lebih besar untuk logam dasar. - RIFAN FINANCINDO
Sumber : cnbcindonesia