PT RIFAN BANDUNG - Bank investasi global asal Swiss, UBS, memproyeksikan harga emas dunia berpotensi
menembus level tertinggi tahun ini setelah menurun pada Maret lalu,
bersamaan dengan koreksi yang dialami sejumlah aset investasi lain
secara global termasuk pasar saham.
Dalam pandangan kami, ada
potensi bagi harga emas untuk bisa menembus US$ 1.800 per troy ons, kata Joni Teves, Ahli Strategi Logam Mulia di UBS Investment Bank,
dalam program Squawk Box Asia, dalam waktu dekat, USB memiliki target harga emas bisa mencapai US$
1.790/troy ons.
Sebagai catatan, 1 troy ons setara dengan 31,1 gram, sehingga jika harga emas mencapai US$ 1.800/troy ons itu artinya harga per gramnya dalam rupiah sekitar Rp 896.985/gram (asumsi kurs Rp 15.500/US$).
Sebagai catatan, 1 troy ons setara dengan 31,1 gram, sehingga jika harga emas mencapai US$ 1.800/troy ons itu artinya harga per gramnya dalam rupiah sekitar Rp 896.985/gram (asumsi kurs Rp 15.500/US$).
Prediksi itu didukung sentimen positif dari kecenderungan investor
melirik aset safe haven alias instrumen investasi aman di tengah
ketidakpastian global dan sektor riil yang juga masih negatif, pada Senin sore waktu Singapura, harga
emas di pasar spot yakni US$ 1.698,61/troy ons, hampir 12% sepanjang
tahun ini.
Pekan lalu, World Gold Council juga merilis laporan tren permintaan emas untuk kuartal pertama 2020. Hasilnya, wabah global coronavirus adalah "faktor terbesar yang mempengaruhi permintaan emas dunia.
Ketika skala pandemi - dan dampak ekonomi potensial - mulai muncul, investor mencari aset safe haven, kata laporan World Gold Council. ETF emas exchange traded fund dengan aset dasar emas juga tampak ada aliran
masuk secara triwulanan tertinggi selama 4 tahun terakhir di tengah
ketidakpastian global dan volatilitas pasar keuangan.
Lebih lanjut, Teves mengatakan pergerakan harga emas
dunia telah didorong oleh peningkatan minat investor, terutama dari
investor institusi, emas menjadi menarik saat kondisi seperti ini, di mana
ketidakpastian sangat tinggi, pertumbuhan [ekonomi] juga diperkirakan
akan melemah, dan pada saat yang sama sektor riil negatif yang membuat
emas menarik untuk dipegang sebagai diversifikasi dalam portofolio
investor, kata Teves.
Sementara itu, David Lennox, analis di Fat Prophets, bahwa sokongan terbesar bagi penguatan harga emas dunia ialah langkah yang dilakukan pemerintah dan bank sentral sejumlah negara dalam mencegah pandemi virus corona (Covid-19).
Dana jor-joran yang digelontorkan pemerintah untuk merangsang "ekonomi yang lesu" akibat dihantam Covid-19 telah menimbulkan kekhawatiran atas posisi utang di masa depan ketika virus nanti berlalu, kata Lennox, yang merupakan analis bidang sumber daya di perusahaan itu.
Selain itu, ia menambahkan, kurs mata uang juga menjadi terdepresiasi atau lebih rendah karena bank sentral memangkas suku bunga untuk merangsang ekonomi tumbuh.
Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, jadi ketika suku bunga rendah di AS membuat opportunity cost atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas lebih rendah, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS. Dengan begitu, ketika suku bunga di AS turun, harga emas cenderung menguat.
Sebelumnya, harga emas dunia juga terus diprediksi tembus level tertinggi di tengah pandemi virus corona yang mendera global. Proyeksi harga emas dunia sempat disebutkan bisa berada di level US$ 2.000/troy ons, kemudian lembaga lain pun ikut meramal harga emas global melebihi angka US$ 2.000.
Di akhir Maret, analis dari WingCapital Investment memprediksi harga emas bahkan tembus US$ 3.000/troy ons. Saat itu, level tersebut terlihat luar biasa tinggi bagi emas. Untuk diketahui, rekor tertinggi harga emas adalah US$ 1.920/troy ons yang dicapai 6 September 2011, nyaris satu dekade yang lalu.
Bank of America (BofA) juga memprediksi emas akan ke US$ 3.000/troy ons dalam 18 bulan ke depan. Jika harga emas mencapai US$ 3.000/troy ons itu artinya harga per gramnya dalam rupiah sekitar Rp 1,5 juta - PT RIFAN
Sementara itu, David Lennox, analis di Fat Prophets, bahwa sokongan terbesar bagi penguatan harga emas dunia ialah langkah yang dilakukan pemerintah dan bank sentral sejumlah negara dalam mencegah pandemi virus corona (Covid-19).
Dana jor-joran yang digelontorkan pemerintah untuk merangsang "ekonomi yang lesu" akibat dihantam Covid-19 telah menimbulkan kekhawatiran atas posisi utang di masa depan ketika virus nanti berlalu, kata Lennox, yang merupakan analis bidang sumber daya di perusahaan itu.
Selain itu, ia menambahkan, kurs mata uang juga menjadi terdepresiasi atau lebih rendah karena bank sentral memangkas suku bunga untuk merangsang ekonomi tumbuh.
Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, jadi ketika suku bunga rendah di AS membuat opportunity cost atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas lebih rendah, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS. Dengan begitu, ketika suku bunga di AS turun, harga emas cenderung menguat.
Sebelumnya, harga emas dunia juga terus diprediksi tembus level tertinggi di tengah pandemi virus corona yang mendera global. Proyeksi harga emas dunia sempat disebutkan bisa berada di level US$ 2.000/troy ons, kemudian lembaga lain pun ikut meramal harga emas global melebihi angka US$ 2.000.
Di akhir Maret, analis dari WingCapital Investment memprediksi harga emas bahkan tembus US$ 3.000/troy ons. Saat itu, level tersebut terlihat luar biasa tinggi bagi emas. Untuk diketahui, rekor tertinggi harga emas adalah US$ 1.920/troy ons yang dicapai 6 September 2011, nyaris satu dekade yang lalu.
Bank of America (BofA) juga memprediksi emas akan ke US$ 3.000/troy ons dalam 18 bulan ke depan. Jika harga emas mencapai US$ 3.000/troy ons itu artinya harga per gramnya dalam rupiah sekitar Rp 1,5 juta - PT RIFAN
Sumber : cnbcindonesia.com
No comments:
Post a Comment