Friday, July 10, 2020

Rifan Financindo Berjangka - Udara Bisa Terkontaminasi Corona, Emas Profit Taking


RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Akibat terkena profit taking dan dolar AS yang menguat harga emas berbalik arah. Namun harga logam mulia tersebut masih berada di level US$ 1.800/troy ons. Jumat, harga emas dunia di pasar spot melemah tipis 0,09% ke US$ 1.801,21/troy ons. Setelah mencetak rekor tertingginya dua hari lalu di US$ 1.810, harga emas melorot ke US$ 1.802/troy ons.

Setelah menguat signifikan biasanya investor tergoda untuk mencairkan keuntungannya. Aksi profit taking membuat harga emas yang sangat perkasa menjadi tergelincir. Selain itu, penguatan dolar AS juga turut memberatkan harga emas.

Emas ditransaksikan dalam dolar AS. Ketika dolar AS menguat, harga emas yang sudah tergolong tinggi menjadi semakin mahal terutama bagi pemegang mata uang selain dolar AS, sehingga berpengaruh terhadap minat dan permintaannya.

Penguatan dolar AS tercermin dari naiknya indeks dolar yang mengukur kekuatan mata uang Negeri Paman Sam itu dengan enam mata uang lainnya. Indeks dolar menguat sejak 8 Juli 2020. Hari ini indeks dolar menguat 0,16%.

Sentimen yang sedang kurang baik juga tak mampu mendorong harga emas naik lebih tinggi kali ini. Kabar buruk datang dari perkembangan terbaru pandemi Covid-19.
AS sebagai negara dengan jumlah kasus terbanyak kemarin melaporkan ada tambahan 60 ribu kasus baru dalam sehari. Ini merupakan lonjakan tertinggi yang pernah tercatat, sementara itu, para ilmuwan di dunia dari berbagai latar belakang terus mendesak WHO untuk merubah pandangannya bahwa pandemi Covid-19 dapat menular melalui udara terutama di ruangan berventilasi buruk.

WHO yang awalnya meragukan hal tersebut, kini mulai terbuka dan menyiapkan protokol pencegahan penularan Covid-19 melalui udara, eski belum mampu mendorong harga emas lebih tinggi, fundamental emas tetap dinilai baik. Prospek jangka menengah dan panjang harga emas diprediksi bisa tembus US$ 2.000. 

Ada beberapa faktor yang membuat investor menggandrungi emas untuk saat ini. Risiko ketidakpastian yang tinggi seputar kapan berakhirnya wabah menjadi faktor pertama yang mendongkrak minat investor terhadap aset safe haven ini.

Di sisi lain, rendahnya suku bunga acuan, imbal hasil obligasi pemerintah yang terlampau rendah, injeksi likuiditas besar-besaran oleh bank sentral global hingga stimulus fiskal oleh pemerintah pusat di saat seperti ini berpotensi menimbulkan inflasi di masa depan.

Emas sebagai aset lindung nilai (hedging) dan penjaga 'kekayaan' (store of wealth) tentu diuntungkan dengan adanya risiko inflasi yang membuat penurunan nilai mata uang - RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Sumber : cnbcindonesia.com

No comments:

Post a Comment