RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas dunia ditutup turun pada perdagangan kemarin. Investor tengah menantikan rilis sejumlah data ekonomi di Amerika Serikat (AS) sebelum mengambil langkah selanjutnya.
Emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 2.507,5/troy ons. Turun 0.71% dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Sepertinya pelaku pasar mengambil aksi profit taking setelah harga emas menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa pada 27 Agustus. Dalam sebulan terakhir, harga emas juga sudah naik 5,28%.
Emas bahkan menjadi salah satu aset dengan kinerja terbaik tahun ini. Selama setahun ke belakang, harga sang logam mulia melonjak 29,43%. Jadi, memang ada banyak keuntungan yang bisa dicairkan di emas, jika sudah membukukannya.
Selain itu, koreksi harga emas juga terjadi akibat penantian investor terhadap rilis data ekonomi terbaru di Negeri Paman Sam. Malam nanti waktu Indonesia, US Bureau of Economic Analysis akan melaporkan data pembacaan kedua terhadap pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2024.
Pada kuartal I-2024, produk domestik bruto (PDB) Negeri Elang Bondol tumbuh 1,4% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya atau secara quarter to quarter (qtq). Pada pembacaan pertama, ekonomi AS tumbuh 2,8% qtq pada kuartal II-2024.
Konsensus pasar memperkirakan, ekonomi AS pada kuartal II-2024 tumbuh 2,8% qtq dalam pembacaan kedua malam nanti. Tidak berubah dibandingkan pembacaan pertama.
Kemudian, besok malam waktu Indonesia, US Bureau of Economic Analysis juga akan merilis data Personal Consumption Expenditure (PCE). Ini adalah indikator inflasi yang menjadi preferensi bank sentral Federal Reserve.
Pada Juli, pasar memperkirakan laju inflasi PCE umum bisa mencapai 0,2% secara bulanan atau month to month (mtm). Lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 0,1% mtm dan jika terwujud maka akan menjadi yang tertinggi dalam 3 bulan terakhir.
Adapun, inflasi PCE inti (core) pada Juli diperkirakan sebesar 0,2% mtm. Tidak berubah atau sama persis dengan bulan sebelumnya.
Data pertumbuhan ekonomi dan inflasi akan menjadi penentu bagi The Fed dalam merumuskan kebijakan moneter. Jika terkonfirmasi bahwa laju ekonomi dan inflasi melambat, maka penurunan suku bunga sudah tidak mungkin terelakkan lagi.
Mengutip CME FedWatch, pasar memperkirakan peluang Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5-5,25% dalam rapat bulan depan adalah 62%. Sementara penurunan 50 bps ke 4,75-5% punya kemungkinan 38%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun - RIFAN FINANCINDO
Sumber : bloomberg
No comments:
Post a Comment